Mariso, Makassar
Mariso | |||||
---|---|---|---|---|---|
Koordinat: 5°09′36″S 119°24′26″E / 5.1598870277138476°S 119.40714150869842°E | |||||
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sulawesi Selatan | ||||
Kota | Makassar | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Harun Rani, SE, M.Si | ||||
Kode Kemendagri | 73.71.01 | ||||
Kode BPS | 7371010 | ||||
Desa/kelurahan | 9 | ||||
|
Mariso (Makassar: ᨆᨑᨗᨔᨚ) adalah sebuah kecamatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Wilayah Kecamatan Mariso pada awalnya merupakan sebuah kampung di wilayah Kesultanan Tallo yang berubah menjadi distrik pada masa Pemerintah Hindia Belanda lalu menjadi kecamatan pada masa Pemerintah Indonesia. Kecamatan Mariso terletak di kawasan pesisir Kota Makassar. Wilayahnya telah terbagi menjadi 9 kelurahan.
Kecamatan Mariso merupakan salah satu kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kota Makassar.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Mariso pada awalnya merupakan sebuah kampung yang termasuk dalam wilayah Kesultanan Tallo. Lokasinya berada di selatan wilayah Kesultanan Tallo yang berbatasan langsung dengan Kampung Sambungjawa yang termasuk dalam wilayah Kesultanan Gowa. Setelah pemerintahan diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda, bekas wilayah Kesultanan Tallo diubah menjadi Distrik Tallo. Selama periode 1903–1906, Pemerintah Hindia Belanda membentuk sebuah undang-undang desentralisasi yang memperluas wilayah Kota Makassar hingga ke Distrik Tallo. Sehingga membuat Kampung Mariso menjadi bagian dari Kota Makassar.[1]
Pada masa pemerintahan Frijiling sebagai Gubernur Makassar, Mariso ditetapkan sebagai salah satu dari empat distrik yang membentuk Kota Makassar. Ketiga distrik lainnya ialah Distrik Wajo, Distrik Ujung Tanah dan Distrik Makassar. Distrik Mariso dan Distrik Ujung tanah dipimpin oleh seorang galarang. Sedangkan Distrik Wajo dan Distrik Makassar dipimpin oleh seorang asisten gubernur.[2]
Ketika Kota Makassar terbentuk, wilayahnya hanya membujur dan memanjang dari utara ke selatan. Batas utara Kota Makassar ketika pembentukannya adalah Pelabuhan Makassar, sedangkan batas selatannya adalah Kelurahan Jongaya. Kawasan ini dikenal sebagai Kawasan Kota Lama Makassar. Salah satu kecamatan yang termasuk di dalamnya ialah Kecamatan Mariso. Sedangkan kecamatan lainnya ialah Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Mamajang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Ujung Tanah, dan Kecamatan Bontoala.[3]
Pada tahun 1977, wilayah Kota Makassar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok inti kota, kelompok tengah dan kelompok tepi kota. Pengelompokan ini didasari oleh jarak tiap kecamatan dari pusat Kota Makassar. Dalam pembagian ini, Kecamatan Mariso tergabung dalam kelompok tengah bersama dengan Kecamatan Bontoala, Kecamatan Wajo, dan Kecamatan Mamajang. Sementara kelompok inti kota meliputi Kecamatan Makassar dan Kecamatan Ujung Pandang. Sedangkan kelompok tepi kota meliputi Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Tallo, Kecamatan Panakkukang, Kecamatan Biringkanaya dan Kecamatan Manggala.[4]
Wilayah
[sunting | sunting sumber]Kecamatan Mariso terletak di bagian barat Kota Makassar.[5] Wilayah Kecamatan Mariso merupakan pesisir.[6] Kecamatan Mariso menjadi salah satu dari tujuh kecamatan di Kota Makassar yang wilayahnya berbatasan langsung dengan pantai.[7] Luas wilayah Kecamatan Mariso adalah 1,82 km2. Persentase luas wilayah Kecamatan Mariso terhadap luas Kota Makassar adalah 1,04%.[5]
Pada tahun 2005, Pemerintah Kota Makassar mengelompokkan Kecamatan Mariso sebagai salah satu kecamatan dalam kawasan pusat atau zona inti Kota Makassar.[8] Kecamatan Mariso terbagi menjadi 9 kelurahan berikut:[9]
Demografi
[sunting | sunting sumber]Jumlah dan kepadatan penduduk
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2000, jumlah penduduk di Kecamatan Mariso sebanyak 51.003 jiwa. Lalu pada tahun 2004, jumlah penduduk di Kecamatan Mariso sebanyak 52.278 jiwa. Persentase laju pertumbuhan penduduknya pada periode 2000–2004 sebesar 0,62%. Kemudian pada tahun 2005, jumlah penduduk di Kecamatan Mariso bertambah sebesar 1% sehingga menjadi sebanyak 52.802 jiwa.[8]
Pada tahun 2006, kepadatan penduduk di Kecamatan Mariso menempati posisi kedua di Kota Makassar setelah Kecamatan Makassar. Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk di Kecamatan Mariso pada tahun 2006 sebanyak 28.013 jiwa/km2.[10]
Pada tahun 2019, Kecamatan Mariso menjadi kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kota Makassar. Jumlah penduduknya sebanyak 33.038 jiwa.[11]
Rumah tangga
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2000, jumlah rumah tangga di Kecamatan Mariso sebanyak 10.905 rumah tangga. Tiap rumah tangga di Kecamatan Mariso pada tahun 2000, rata-rata memiliki anggota keluarga sebanyak 4,72. Kemudian pada tahun 2004, jumlah rumah tangga di Kecamatan Mariso sebanyak 10.221 dan pada 2005 sebanyak 13.022. Rata-rata anggota rumah tangga pada tahun 2004 sebanyak 5,12 dan menurun menjadi 4,05 pada tahun 2005.[12]
Mata pencaharian
[sunting | sunting sumber]Industri pakaian jadi
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2002–2007, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Kota Makassar mencatat bahwa terdapat sebanyak 25 macam jenis industri pakaian jadi dengan metode konfeksi di Kota Makassar. Pada tahun 2008, Kecamatan Mariso menjadi salah satu kecamatan di Kota Makassar yang memilikinya.[13]
Tata guna lahan
[sunting | sunting sumber]Lahan yang terdapat di Kecamatan Mariso dimanfaatkan untuk pemukiman, pertokoan, dan perkantoran. Wilayah pantai di Kecamatan Mariso dimanfaatkan untuk subsektor perikanan laut utamanya pangkalan pendaratan ikan. Tempat pendaratan ikan di Kecamatan Mariso disebut Tempat Pendaratan Ikan Rajawali. Sebagian wilayah pantai di Kecamatan Mariso dijadikan sebagai permukiman.[14]
Bencana alam
[sunting | sunting sumber]Abrasi pantai
[sunting | sunting sumber]Bencana alam yang terjadi di Kecamatan Mariso adalah abrasi pantai. Namun bencana ini telah berkurang karena telah dilakukan pengerasan dengan tembok pematang pantai di wilayah pantai Kecamatan Mariso.[14]
Kenaikan muka air laut
[sunting | sunting sumber]Sebagian wilayah Kecamatan Mariso terletak di kawasan pesisir Kota Makassar. Kenaikan muka air laut yang tinggi telah terjadi pada bagian barat Kecamatan Mariso.[15]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Iqbal, dkk. 2021, hlm. 68.
- ^ Iqbal, dkk. 2021, hlm. 70.
- ^ Subair 2019, hlm. 26.
- ^ Subair 2019, hlm. 26-27.
- ^ a b Pemerintah Kota Makassar 2021, hlm. II-2.
- ^ Naing, Naidah (2015). Gani, Pratiwi Juniar Achmad, ed. Karakteristik Permukiman Kumuh Pesisir: Studi Kasus Makassar (PDF). Makassar: Yayasan Pendidikan Sains Indonesia. hlm. 5. ISBN 978-602-60727-4-0.
- ^ Martosenjoyo, Triyatni (2020). Toilet Publik Kampus. Makassar: UPT Unhas Press. hlm. 75. ISBN 978-979-530-281-0.
- ^ a b Mansyur 2022, hlm. 23.
- ^ Badan Pusat Statistik Kota Makassar (2022). Kecamatan Mariso dalam Angka 2022. Makassar: Badan Pusat Statistik Kota Makassar. hlm. 3.
- ^ Mansyur 2022, hlm. 22.
- ^ Iqbal, dkk. 2021, hlm. 51-52.
- ^ Mansyur 2022, hlm. 24.
- ^ Suryani, H., dkk. (2017). Pelatihan Pengelolaan Limbah Industri Pakaian Jadi (PDF). Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. hlm. 2. ISBN 978-602-6883-49-0.
- ^ a b Pemerintah Kota Makassar 2021, hlm. II-8.
- ^ Pemerintah Kota Makassar 2021, hlm. II-20.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Iqbal, L. O. S. M., dkk. (2021). Muhibuddin, Andi; Jumain, Aslam, ed. Kutub Pertumbuhan dan Gentrifikasi: Studi Kawasan Pinggiran Kota Makassar (PDF). Gowa: Pusaka Almaida. ISBN 978-623-226-302-4.
- Mansyur, Umar (2022). Manajemen Transportasi Publik Berkelanjutan: Studi Kasus Angkutan Umum Penumpang Non-Bus di Kota Makassar. Bogor: CV. Diva Pustaka. ISBN 978-623-99802-0-7.
- Pemerintah Kota Makassar (2021). Peraturan Walikota Makassar Nomor 36 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Makassar Tahun 2022 (PDF). Makassar: Pemerintah Kota Makassar.
- Subair, Nurlina (2019). Zainuddin, Rasyidah; Halim, Harifuddin; Iskandar, Abdul Malik, ed. Dinamika Sosial Masyarakat Urban. Makassar: Yayasan Inteligensia Indonesia. ISBN 978-623-90194-6-4.