Masyarakat tertutup
Masyarakat tertutup adalah masyarakat dengan interaksi sosial bersifat homogen, tradisional dan tidak mengadakan komunikasi selain terhadap kelompok sosialnya sendiri. Perilaku masyarakat tertutup sangat berbeda dengan masyarakat terbuka. Kehidupan masyarakat tertutup bergantung kepada alam tetapi tidak menerima tekanan lingkungan.
Pembentukan
[sunting | sunting sumber]Masyarakat tertutup terbentuk dalam suatu kelompok sosial kecil yang mengutamakan ketaatan mutlak. Kesatuan dalam keanggotaan dalam masyarakat tertutup terbentuk akibat adanya kewajiban yang bersifat mengikat. Anggota dalam masyarakat tertutup selalu merasa merupakan bagoan dari kesatuan masyarakat karena adanya rasa merasa dipelihara. Dasar moralitas yang terbentuk pada masyarakat tertutup ialah perintah yang memuat norma sosial yang berlaku tanpa boleh dipertanyakan.[1]
Perilaku
[sunting | sunting sumber]Kebiasaan dari masyarakat tertutup berbeda dengan masyarakat terbuka. Masyarakat tertutup tidak mengadakan perjalanan ke daerah lain. Perilaku dari masyarakat tertutup umumnya dilakukan secara turun-temurun.[2] Pada masyarakat tertutup, tidak terjadi perjalanan ke tempat tinggal dari masyarakat terbuka.[3]
Kesejahteraan
[sunting | sunting sumber]Masyarakat tertutup umumnya memiliki keterbatasan dalam penyediaan sarana dan prasarana karena hidup di pedalaman. Kehidupan masyarakat tertutup bersifat tradisional. Pemenuhan kebutuhan hidup pada masyarakat tertutup dilakukan secara vegetatif dengan mengandalkan alam di sekitarnya.[4] Lingkungan tidak memberikan tekanan kepada kehidupan masyarakat tertutup.[2] Masyarakat tertutup memenuhi kebutuhan hidupnya hanya dengan bercocok tanam.[2]
Kebertahanan
[sunting | sunting sumber]Karl Popper berpendapat bahwa masyarakat tertutup mempertahankan keberadaannya melalui mistisisme. Tujuan dari mistisisme pada masyarakat tertutup ialah menghilangkan ketakutan akan terjadinya perubahan sosial yang dihasilkan oleh rasionalisme masyarakat terbuka. Mistisisme dibuat oleh masyarakat tertutup dengan membentuk suatu kenyataan akan kesukuan.[5]
Kriteria evaluasi
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1945, Karl Popper menetapkan kriteria evaluasi atas perbandingan antara masyarakat terbuka dan masyarakat tertutup.[6]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Supelli 2011, hlm. 4.
- ^ a b c Sillehu dan Utami 2018, hlm. 40.
- ^ Sillehu dan Utami 2018, hlm. 52.
- ^ Sillehu dan Utami 2018, hlm. 2-3.
- ^ Supelli 2011, hlm. 6.
- ^ Tol, R., Dijk, K. v., dan Acciaoli, G., ed. (2009). "Pendahuluan". Kuasa dan Usaha di Masyarakat Sulawesi Selatan [Authority and enterprise among the peoples of South Sulawesi]. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Ininnawa. Makassar dan Jakarta: Penerbit Ininnawa dan KITLV Jakarta. ISBN 978-979-98499-7-7.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Sillehu, S., dan Utami, T. N. (2018). Suhita, Byba Melda, ed. Pengenalan Diagnosis Malaria (PDF). Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan. ISBN 978-623-7307-69-3.
- Supelli, Karlina (2011). "Masyarakat Terbuka: Catatan Kritis untuk Pesona Sebuah Konsep" (PDF). Prisma. 30 (1).