Teori klasik perkembangan perguaan
Gaya atau nada penulisan artikel ini tidak mengikuti gaya dan nada penulisan ensiklopedis yang diberlakukan di Wikipedia. |
Banyak diskusi dan debat yang terjadi selama beberapa tahun ini yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan geomorfologi. Diskusi itu khususnya berhubungan dengan asal muasal gua di batu gamping. Ada yang menyatakan bahwa gua terbentuk di atas water table (zona vadose). Adapula yang menyatakan bahwa gua terbentuk dibawah water table (zona phreatic). Bahkan adapula yang menyatakan bahwa gua terbentuk pada bidang dari water table itu sendiri.
Teori Pembentukan Gua
[sunting | sunting sumber]Beberapa teori dari para ahli menyatakan sebagai berikut.
- Teori Vadose-Dwerry house (1907), Greene (1908), Matson (1909), dan Malott (1937) berpendapat bahwa sebagian besar perkembangan gua berada di atas water tabel di mana aliran air tanah paling besar. Jadi, aliran air tanah yang mengalir dengan cepat, yang mana gabungan korosi secara mekanis dengan pelarutan karbonat, yang bertanggung jawab terhadap perkembangan gua. Martel (1921) meyakini bahwa begitu pentingnya aliran dalam gua dan saluran (conduit) begitu besar sehingga tidak berhubungan terhadap hal terbentuknya gua batu gamping sehingga tidak relevan menghubungkan batu gamping yang ber-gua dengan adanya water table, dengan pengertian bahwa permukaan tunggal dibawah keseluruhan batuannya telah jenuh air.
- Teori Deep Phreatic-Cjivic (1893), Grund (1903), Davis (1930) dan Bretz (1942) memperlihatkan bahwa permulaan gua dan kebanyakan pembesaran perguaan terjadi di kedalaman yang acak berada di bawah water table, sering kali pada zona phreatic yang dalam. Gua-gua diperlebar sebagai akibat dari korosi oleh air phreatic yang mengalir pelan. Perkembangan perguaan giliran kedua dapat terjadi jika water table diperendah oleh denudasi (penggundulan) permukaan, sehingga pengeringan gua dari air tanah dan membuatnya menjadi vadose dan udara masuk ke dalam gua. Selama proses kedua ini aliran permukaan dapat masuk ke sistem perguaan dan sedikit mengubah lorong gua oleh korosi.
- Phreatic Dangkal atau Teori Water Table-Swinnerton (1932), R Rhoades dan Sinacori (1941), dan Davies (1960) mendukung gagasan bahwa air yang mengalir deras pada water tabel adalah yang bertanggungjawab terhadap pelarutan di banyak gua. Elevasi dari water table berfluktuasi dengan variasi volume aliran air tanah, dan dapat menjadi perkembangan gua yang kuat di dalam sebuah zone yang rapat di atas dan dibawah posisi rata-rata. Betapapun, posisi rata-rata water table harus relatif tetap konstan untuk periode yang lama. Untuk menjelaskan sistem gua yang multi tingkat, sebuah water table yang seimbang sering dihubungkan dengan periode base leveling dari landscape diikuti dengan periode peremajaan dengan kecepatan down-cutting ke base level berikutnya.
Sekalipun sebagian besar speleologis akan setuju bahwa tiga teori di atas dapat diaplikasikan pada beberapa hal, kebanyakan akan diperdebatkan apakah gua dibentuk terutama pada atau didekat water table. Masuknya aliran bawah permukaan, biasanya dikelompokkan sebagai teori vadose, telah memiliki sedikit dukungan selama beberapa tahun. Mallot (1937) menyimpulkan bahwa gua-gua yang besar di bagian Selatan Indiana dihasilkan dari aliran permukaan menjadi terbelokkan kedalam bawah tanah dan membuat gua-gua pada atau di dekat water table. Mallot (1952) menyebutkan Lost River di Indiana adalah salah satu contoh yang baik dari invasi aliran permukaan terhadap bawah permukaan. Woodward (1961) dan Howard (1963), dan Crawford (1978; 1987) terkenal di antara yang lainnya yang memiliki usulan mengenai teori invasi terhadap perkembangan gua.
Dalam diskusi hidrologi daerah batu gamping Smith, Atkinson dan Drew (1976) mengusulkan bahwa debate pada alam drainase batu gamping telah terjadi antara dua kampus yang besar sedangkan sebelumnya ada tiga.
Satu kampus, mengambil gagasan dari Grund (1903), telah mempertahankan bahwa sirkulasi air dalam batu gamping secara mendasar sama dengan rekahan batuan lain, dan untuk itu gua-gua berkembang sebagai sebuah konsekuensi dari sirkulasi dan tidak besar pengaruh polanya (lihat, sebagai contoh, Davis, 1930; Swinnerton, 1932; Rhoades dan Sinacore, 1941). Di pihak lain, kampus berikutnya mengikuti Martel (1910) cenderung untuk mempertahankan bahwa tanpa gua dan lorong tidak akan terdapat sirkulasi bawah tanah, atau secara virtual tidak ada, dan untuk itu rezim air tanah kawasan batu gamping sama sekali berbeda dengan batuan lain (Trombe, 1952). (Ford dan Cullingford, 1976, p. 209).
Mereka menyimpulkan bahwa dua model yang rupanya saling berseberangan antara Grund dan Martel adalah tipis, kecuali kasus yang ekstrem dari berbagai pandangan mengenai kemungkinan sistem drainase dan bahwa sebagian besar bentukan rupa kawasan batu gamping dari dua kampus, sedangkan area yang menampilkan salah satu bahan dari yang lain adalah tipis saja.
Problem utama dari teori klasik dari asal muasal gua adalah peran minor yang ditempatkan terhadap struktur, stratigrafi, topografi, dan keadaan hidrologi. Sekarang terlihat nyata bahwa tidak ada satu teori tentang asal muasal dan perkembangan gua dapat diaplikasikan ke semua gua. Ford (Ford dan Cullingford, 1976) bertahan bahwa dimulai sejak dua situasi geologi tepat sama, satu teori umum dari speleologi adalah tidak mungkin. Sekalipun banyak faktor umum untuk terhadap banyak area kepentingan relatif mereka akan tergantung kepada situasi geologi dan kemudian tiap area akan memiliki sejarah speleogenisis sendiri yang unik.
Sedangkan, jika ada area dengan situasi geologi yang sangat sama, dapat dipercayai bahwa model speleogenesis dapat dikembangkan untuk daerah yang memilki kesamaan struktur, stratigrafi, setting topografi dan hidrologi.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Bagian ini diperoleh dari Reeder, (1988) http://www.dyetracing.com/karst/ Diarsipkan 2005-02-05 di Wayback Machine.